Sabtu, 29 Januari 2011

CERITA TENTANG SATU CINTA MASA LALU

Ketika cinta hadir, tak pernah ada yang tahu kapan
ketika cinta hadir, tak pernah ada yang tahu dimana
ketika cinta hadir, tak pernah ada yang tahu pada siapa
ketika cinta hadir, tak ada yang dapat mengelak darinya
maka ketika cinta itu terpasung
pada sesosok cinta yang berpenghuni
adakah yang salah dengan itu?

Goresan penaku kali ini masih tak sepanjang celotehan hatiku yang tak pernah mau diam. Sejak cinta ini singgah dihatiku, anganku senantiasa melanglang buana, menembus bayang dan menerobos impian. Tapi ungkapan hatiku yang tertulis dalam palung jiwa yang tertulis dengan tinta air mata tak akan pernah membuatku mengerti. Seperti saat aku yang tak bisa mengerti, mengapa hanya dirimu yang tetap bertahta disinggasana hatiku. Semakin engkau bergeming ditempatmu, semakin aku terobsesi untuk memilikimu.
Ketika rasa itu menuntun sebuah alasan
apakah itu satu keharusan?
apakah kemurniannya tak ternoda?

ketika rasa itu harus dipertanyakan kehadirannya
mestikah keraguan yang muncul saat tanya itu tak terjawab?
“Apa yang membuatmu mencintaiku?”, tanyamu saat kata cinta itu
terucap dalam hening.

Terdiam aku. Tak tahu harus memulai dari mana. Satu hal yang kuingat adalah sejak aku melihatmu. Bahkan jauh sebelum aku mengenalmu, kau sudah membuatku terpesona. Dan setelah aku mengenalmu lebih jauh, kau semakin membiusku. Bisikkan hati ini semakin jelas. Sejelas noktah cinta yang tercipta tanpa sengaja, kau belahan jiwaku! Dan akupun menjawab dengan yakin, “semua yang ada padamu, membuatku jatuh cinta.” Lalu katamu, “aku sudah ada yang punya!”

jika cinta bisa berpihak pada sang waktu,
maka aku akan meminta sang waktu
untuk mempertemukan aku dengan dia sebelum ini

Ya, aku tahu sayang. Tanpa perlu kau jelaskan, aku sudah tahu kalau kau sudah ada yang memiliki. Tapi cinta ini, semakin aku diamkan, amukkannya semakin membabi buta. Batu karang ditengah lautan sanggup menerima setiap hempasan ombak sedahsyat apapun. Tapi hatiku bukan batu karang, hatiku hanya seonggok daging merah yang senantiasa berdenyut. Yang tak kuasa menahan setiap terjangan badai ombak sang pencinta.

“Kamu gila!” katamu waktu itu. Aku akan marah kalau dokter jiwa atau orang lain yang mengatakan itu padaku. Tapi saat kalimat itu terucap dari bibirmu, aku hanya bisa tersenyum. Ya, aku memang gila. Gila karena tak pernah menganggapmu biasa. Gila karena selalu menempatkanmu sebagai satu-satunya tokoh utama dalam dunia khayalku, sebagai lamunan terindahku. Karena hanya dalam lamunan aku bisa memilikimu, bisa membelai mesra rambut panjangmu, mengusap lembut kulitmu, memeluk hangat tubuhmu, dan mencium aroma wangimu.

Andai cinta boleh menentukan ruang
andai cinta boleh memilih hati
andai cinta boleh memihak dimensiku
mungkin segalanya akan berbeda.

Dalam diam, dalam angan, dalam lamunan … pernah terpikir dan membayangkan, andai aku punya satu ilmu yang dengan kekuatannya bisa merebut dirimu darinya. Maka akan aku lakukan itu, akan kujaga dirimu, dan akan kujadikan dirimu seorang bidadari dalam taman kehidupanku di dunia fana ini hingga kelak di alam keabadian.
Tahukah dirimu bahwa … aku selalu memulai hari dengan sebuah kerinduan dan mengakhirinya dengan khayalan paling tinggi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar