Selasa, 01 Maret 2011

Masalah Hidup itu seperti Garam

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijaksana. Pada suatu pagi, datang seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan wajahnya terlihat ruwet. Anak muda itu memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, anak muda itu menceritakan semua masalahnya. Pak tua yang bijak hanya mendengarkannya dengan seksama. Pak tua lalu mengambil segenggam garam dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Lalu Pak tua itu menaburkan garam itu ke dalam gelas yang telah diisi air, kemudian di aduk-aduk perlahan-lahan.”Coba minum air ini dan katakan apa rasanya…” ujar pak tua.
Pahit…pahit sekali, jawab sang anak muda sambil meludah ke samping. Pak tua sedikit tersenyum lalu mengajak anak muda itu untuk berjalan ke tepi telaga yang berada di dalam hutan dekat tempat tinggal orang tua tersebut. Keduanya berjalan berdampingan, akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak tua itu lalu menaburkan kembali garam yang ada di genggamannya ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, pak tua mengaduk-aduk telaga dan terbentuk riak air, mengusik ketenangan telaga itu. Lalu pak tua itu berujar, “coba ambil air dari telaga itu dan minumlah.” Ketika anak muda itu selesai mereguk air, pak tua berkata lagi,”Bagaimana rasanya?”

“segar..segar..” sahut anak muda itu.”Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?” tanya pak tua lagi.”Tidak” jawab si anak muda itu.

Dengan bijak, pak tua menepuk-nepuk punggung anak muda itu. Lalu ia mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu.” Anak muda dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam garam. Kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung dari pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak tua itu lalu kembali memberikan nasehat. ”Hatimu adalah wadah itu. Tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu lalu merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan pak tua, si orang bijak itu kembali menyimpan segenggam garam, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar